Pesisir Selatan merupakan salah satu kabupaten terbesar kedua di Sumatera Barat dengan luas daerah 5.749,89 km2. Yang memiliki 15 kecamatan dengan pusat ibukota kabupaten kota Painan. Setiap kecamatan memiliki banyak sekali keanekaragaman baik dari segi wisata maupun dari segi adat, budaya dan sebagainya. Salah satunya yang terdapat di kecamatan Koto XI Tarusan, tepatnya di kenagarian Sungai Nyalo Mudiak Aia yang terletak di kawasan mandeh bagian utara kabupaten Pesisir Selatan, dengan jarak 15 km dari kecamatan Koto XI Tarusan dan jarak dengan Kabupaten Pesisir Selatan sekitar 37 kilometer. Ada berbagai sejarah yang terdapat dari nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia ini yang mana pada awal mulanya nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia adalah sebuah desa terpisah yang terdiri dari desa Sungai Nyalo dan desa Mudiak Aia.
A. Legenda
Konon kisahnya dahulu sebelum terbentuk secara resmi desa Sungai Nyalo ini, ada sebuah legenda bahwasanya dahulu kisaran abad 17 sudah ada masyarakat yang tinggal di daerah ini yaitu Rajo Gombang Patuanan yang memiliki 4 orang istri dan juga 4 orang anak. Yang mana salah satu dari anak Rajo Gombang Patuanan ini adalah Puti Ambun Sani yang menikah dengan Tuanku Rajo Mudo. Pada masa ini sedang maraknya terjadi perang antara masyarakat setempat dengan Rajo Ungelayang ( bangsa Portugis). Disaat Puti Ambun Sani mengandung usia 9 bulan sudah lebih dari 7 hari Puti Ambun Sani belum juga bisa melahirkan, sehingga membuat Tuanku Rajo Mudo menjadi cemas dan kasihan pada Puti Ambun Sani.
Karena tidak tegah melihatnya, Tuanku minta bantuan kepada Rajo Ungelayang. Rajo Ungelayang mau membantu asalkan ada imbalannya, tapi dia tidak menyampaikan langsung apa imbalannya, dia hanya memberikan kode. Sehingga Tuanku Rajo Mudo menyanggupi itu semua dengan perjanjian kalau anak yang lahir laki-laki maka diambil sebagai teman sepermainan atau membantu Rajo Ungelayang dalam hal apapun sedangkan kalau perempuan diambil sebagai istri. Akhirnya Rajo Ungelayang menyanggupinya dan mau mencarikan obat untuk Puti Ambun Sani hingga ia bisa melahirkan, dan lahirlah anak perempuan yang diberi nama Puti Andam Dewi.
Setelah 18 tahun akhirnya Puti Andam Dewi sudah beranjak dewasa, dan anak pertama dari Tuanku Rajo Mudo sudah balik dari pertapahan yang bernama Sutan Rajo Bujang, lalu Tuanku Rajo Mudo menyampaikan apa yang telah terjadi 18 tahun lalu, bahwasanya adiknya telah di jodohkan dengan Rajo Ungelayang karena kondisi sebelum melahirkan dia dulu yang susah. Mendengar itu semua Tuanku Rajo Bujang marah dan tidak menyetujui hal tersebut, yang membuat Tuanku Rajo Mudo malu kepada masyarakat karena telah berjanji dahulunya namun tidak disetujui oleh anaknya.
Menyikapi hal tersebut terjadilah perang antara Rajo Ungelayang dengan Tuanku Rajo Bujang. Tuanku Rajo Bujang mengunakan Burung Garudo dan menghabisi semua hewan dan orang yang ada disana karena tidak ingin hal tersebut terjadi, hingga semua orang disana habis yang tinggal hanya Tuanku Rajo Bujang dan Burung Garudonya sehingga sekarang ada peninggalan batu garudo yang merupakan bekas dari perang tersebut. Kemudian lama daerah Sungai Nyalo ini tidak berpenghuni, dan baru muncul lagi kisaran tahun 1950 an.
Asal mula nama Sungai Nyalo ini diambil dari asal kata Sungai tempat menjala atau menangkap ikan, kata ini diambil ketika orang dari luar Sungai Nyalo masuk ke daerah sana melihat banyak sekali ikan di sungai, karena tidak ada persiapan pergi kesana mereka menangkap ikan hanya dengan dua tangan saja. Setelah itu mereka balik lagi ke daerah mereka, pada kesempatan selanjutnya mereka membawa jalo, sehingga tersebut lah daerah tersebut sebagai daerah tempat menjalo ikan atau Sungai Jalo, dan sekarang lebih mudah disebut Sungai Nyalo.
Kemudian secara umum Sungai Nyalo mulai beroperasi sebagai desa pada tahun 1983 dengan kepala desa pertama Mak Nafril Datuak Sari Nan Basa sampai tahun 1991 dan itu masih terpisah antara Sungai Nyalo dengan Mudiak Aia. Sungai Nyalo dan Mudiak Aia berubah menjadi nagari pada tahun 1999, dan mulai resmi menjadi nagari yang utuh ditandai dengan bergabungnya Sungai Nyalo dengan Mudiak Aia membentuk nagari Sungai Nyalo Mudia Aia pada tahun 2012 hingga saat sekarang ini dengan wali nagari pertama yaitu Marjam.
Untuk warga asli nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia tidak diketahui pasti berasal darimana tapi rerata masyarakat awal dari warga Sungai Nyalo Mudiak Aia adalah orang yang bersuku Caniago dan juga Tanjuang, yang mana secara tidak langsung ini menandakan masyarakat awal disini berasal dari dari keturunan Bodi Caniago dan Bodi Koto Piliang. Untuk sekarang ini sudah mulai cukup banyak pendatang yang datang kesana baik dari suku luar maupun dari daerah luar.
Nagari Sungai Nyalo Mudaik Aia memiliki daya tarik yang luar biasa baik dari segi daerah dan juga alam yang ada didalamnya. Tapi sayangnya perlahan nilai sejarah dari daerah ini hampir rasanya hilang, tidak terlalu banyak diantara masyarakat yang mengetahui persis untuk nilai sejarah di Sungai Nyalo Mudiak Aia ini, untuk mencegah nilai-nilai sejarah itu tidak hilang begitu saja, dan agar tetap lestari dari generasi ke generasi nantinya maka melalui program nagari binaan ini kita coba lakukan pembinaan dan juga sosialisasi akan pentingnya nilai sejarah dan perlunya melestarikan nilai-nilai sejarah yang ada, agar masyarakat memiliki pondasi yang kuat nantinya terkait dengan daerahnya sendiri.
B. Kegiatan adat
Di Nagari Sungai Nyalo terdapat acara atau upacara adat yang diselenggarakan oleh masyarakat sekitar diantaranya yaitu acara Tulak Bala. Tulak Bala merupakan acara qur’ban kerbau dalam rangka membersihkan kampong. Kemudian ada balimau, yaitu tradisi menyambut bulan puasa dengan mandi bersama di sungai. Selain itu, di pentas seni pantai paku juga terdapat kegiatan kolaborasi antara masyarakat nagari sungai nyalo dengan Institut Seni Indonesia Padang Panjang.
C. Akses wisata Mandeh
Pembangunan jalan akses wisata Mandeh merupakan salah satu dukungan Kementrian PURP untuk pengembangan destinasi baru yaitu Kawasan Mandeh. Pembangunan akses jalan tersebut dilakukan secara bertahap. Dalam kurun waktu 2015-2017, telah berhasil diselesaikan sepanjang 16 km dengan lebarv6 meter dengan anggaran total Rp88,26 milliar. Sementara 25,08 Km diselesaikan tahun 2018.